Skip to content

Bulan: Juli 2021

9 Adab Terhadap Buku

buku

Membaca merupakan salah satu sarana menuntut ilmu yang terbaik dan terluas. Oleh karena itulah, ayat yang pertama sekali turun kepada Rasulullah SAW adalah iqra’ (bacalah!). Para ulama dan cerdik pandai sangat mengetahui nilai dari sebuah buku. Mereka sangat perhatian terhadap buku, menjaga dan merawatnya dengan cermat.

Demikianlah seharusnya yang dilakukan oleh orang yang berakal, yaitu paham terhadap nilai sebuah buku dan adab-adab yang berkaitan dengan penulisan buku.
Berikut beberapa adab terhadap buku diantaranya :

1. Niat yang Ikhlas

Seorang muslim wajib mengikhlaskan niatnya ketika ia membeli sebuah buku, yaitu ingin mendulang faedah dari buku yang dibacanya untuk dirinya dan orang lain. Dengan demikian, kita akan mendapatkan pahala atas uang yang telah dibelanjakan untuk membeli buku atau kitab, atas waktu yang dihabiskan untuk membahas permasalah tersebut, dan atas kesungguhannya dalam menjaga, merawat, serta menurunnya, dan lain-lain.

2. Memiliki Buku Bukan untuk Kebanggan dan Pamer

Ketika seseorang memiliki buku, hendaknya ia bermaksud membaca dan mengambil manfaat darinya. Sebab, ada pula sebagian orang yang mempunyai keinginan dan perhatian besar terhadap buku, suka membeli dan mengkoleksi buku, serta mengikuti perkembangan buku-buku terbaru.

Ia terus berusaha dengan maksimal untuk memperbesar perpustakaannya. Sehingga timbul keinginannya supaya masyarakat sekitarnya mengetahui bahwasanya ia memiliki perpustakaan besar dan memiliki sekian banyak buku. Ia berusaha agar tidak satupun buku terluput.
Sikap seperti inilah yang keliru. Sebab, keinginan kita untuk memiliki buku hanya untuk mendulang faedah untuk menyebarkan ilmunya ke masyarakat seraya mengharap pahala dari Allah SWT. Demikianlah niat yang benar.

Adapun memiliki buku dengan tujuan pamer dan riya maka pelakunya akan mendapatkan dosa, bahkan mungkin akan menghapuskan amalannya berkaitan dengan buku tersebut.

3. Mulai dengan Membeli Buku-Buku yang Terpenting

Janganlah seseorang membeli buku-buku yang tidak berfaedah. Tetapi berilah yang bermanfaat untuk dirinya, baik untuk sebuah penelitian, sebagai bahan bacaan, maupun yang lainnya.

4. Tidak Boleh Memiliki Buku-Buku yang Diharamkan

Siapa saja yang memiliki buku atau yang ingin membeli buku hendaknya jangan menyimpan atau membeli buku-buku yang Diharamkan atau yang memudharatkan dirinya, seperti buku porno, buku yang membahayakan aqidah dan moral , dan buku-buku yang tidak berguna lainnya. Sebab, Allah SWT akan menghisap dirinya tentang kepemilikannya dan perhatiannya terhadap buku-buku tersebut, serta harta yang telah ia habiskan untuk membeli buku-buku itu.

Bagi mereka yang sedang melakukan penelitian, penulisan, dan pembahasan boleh memiliki buku-buku yang ditulis oleh kelompok-kelompok yang menyimpang dan keluar dari aqidah Ahlus Sunnah dengan tujuan memberikan bantahan terhadap kelompok-kelompok yang sesat tersebut.

5. Memilih dan Merawat Buku

Seseorang yang memiliki buku harus memperhatikan, menjaga dan merawat buku-bukunya agar terawat dan tetap awet selama mungkin. Sebab, buku adalah permasalah sebuah ilmu dan ilmu merupakan sesuatu yang paling berharga yang dimiliki oleh seseorang. Buku juga merupakan harta yang wajib dijaga dan tidak boleh ditelantarkan.

6. Menyusun dan Membuat Daftar Judul Buku

Bagi yang memiliki kitab atau buku yang cukup banyak, terlebih lagi bagi mereka yang memiliki buku yang sangat banyak, dianjurkan agar menyusunnya menurut isi buku. Tujuannya, supaya seseorang mudah mendapatkan buku tersebut ketika dibutuhkan dan untuk mencari serta mengeluarkan permasalahan yang terkandung di dalam buku tersebut. Demikian juga akan memudahkan seseorang dalam mencari buku tertentu ketika ia membutuhkannya.

7. Meminjamkan Buku kepada yang Membutuhkan

Meminjamkan Buku merupakan adab yang seharusnya dimiliki seorang Muslim. Sebab, seorang Muslim tidak pantas menghalangi faedah yang bermanfaat bagi saudaranya. Tidak meminjamkan Buku kepada orang yang membutuhkannya termasuk sikap menyembunyikan ilmu yang Diharamkan Allah SWT.

Adapun meminjamkannya berarti ikut andil dalam menyebarkan ilmu sehingga ia juga termasuk orang yang telah memberikan manfaat kepada saudaranya sesama Muslim yang telah diperintahkan syariat.
Nabi SAW bersabda : ” Barang siapa yang mampu memberikan sebuah manfaat bagi saudaranya maka lakukanlah.”
Beliau juga bersabda : ” Barang siapa yang menunjukkan sebuah kebaikan maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang melaksanakannya.”

Sebagian orang enggan meminjamkan bukunya karena khawatir hilang atau rusak. Hal ini dapat diatasi dengan membuat catatan khusus atau buku peminjaman.

8. Merawat Buku yang Dipinjam

Apabila seorang muslim terpaksa meminjam sebuah buku kepada seseorang untuk mendapatkan faedahnya, maka ia harus menjaga dan merawat Buku tersebut serta mengembalikannya dalam kondisi seperti ketika meminjamnya. Yang demikian itu dilakukan guna menunaikan sebuah amanah.
Allah SWT berfirman :
“Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya..”.(Qs. AN Nisa’ : 58)

Oleh karena itu, janganlah orang yang meminjam membuat susah pemilik buku dengan mengembalikan buku dalam keadaan robek atau kotor, atau menghilangkan buku. Jadi, peminjam wajib menjaga buku yang dipinjam hingga ia mengembalikan kepada pemiliknya.

9. Mewakafkan Buku Setelah Pemiliknya Meninggal Dunia

Apabila seseorang tidak memiliki ahli waris atau ahli warisnya tidak begitu peduli dan perhatian dengan buku, maka sebaiknya ia berwasiat untuk mewakafkan buku-buku yang ia miliki agar dapat bermanfaat bagi para penuntut ilmu, para peneliti, dan mereka yang memiliki perhatian kepada ilmu. Maksudnya, supaya buku-buku tersebut menjadi sedekah jariyahnya setelah meninggal.

Sumber : Ensiklopedi Adab jilid ke 2, Abdul ‘Aziz bin Fathi as Sayyid Nada

Halal untuk Kami, Haram untuk Tuan

ibadah haji

Membaca kisah-kisah ulama terdahulu dapat membuat kita lebih memahami arti sebuah kebaikan. Salah satu kisah yang cukup terkenal ialah mengenai pahala ibadah Haji yang mampu menggetarkan jiwa. Berikut kisahnya.

Adalah ulama Abu Abdurrahman Abdullah bin al-Mubarak al Hanzhali al Marwazi, seorang ulama terkenal di Makkah yang menceritakan riwayat ini.

Suatu ketika, setelah selesai menjalani salah satu ritual haji, ia beristirahat dan tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi melihat dua malaikat yang turun dari langit. Ia mendengar percakapan mereka :
“Berapa banyak yang datang tahun ini?” tanya malaikat kepada malaikat lainnya.
“Tujuh ratus ribu,” jawab malaikat lainnya.
“Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya diterima?”
“Tidak satupun”

Percakapan ini membuat Abdullah gemetar.
“Apa?” ia menangis dalam mimpinya. “Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?”

Sambil gemetar, ia melanjutkan mendengar cerita kedua malaikat itu.
“Namun ada seseorang, yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni . Berkat dia seluruh haji mereka diterima oleh Allah.”
“Kok bisa”
“Itu Kehendak Allah”
“Siapa orang tersebut?”
“Sa’id bin Muhafah tukang sol sepatu di kota Damsyiq (sekarang bernama Damaskus)”

Mendengar ucapan itu, ulama itu langsung terbangun. Sepulang haji, ia tidak langsung pulang kerumah, namun menuju kota Damaskus, Syiria.

Sesampainya di sana ia langsung mencari tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang sol sepatu ditanya, apa memang ada tukang sol sepatu yang namanya Sa’id bin Muhafah. “Ada, di tepi kota” Jawab salah seorang sol sepatu sambil menunjukkan arahnya.

Begitu sampai di sana ulama itu menemukan tukang sepatu yang berpakaian lusuh,

“Benarkah anda bernama Sa’id bin Muhafah?” tanya Ulama itu
“Betul, siapa tuan?”
“Aku Abdullah bin Mubarak”
Said pun terharu, “Bapak adalah ulama terkenal, ada apa mendatangi saya?”

Sejenak Ulama itu kebingungan, dari mana ia memulai pertanyaanya, akhirnya ia pun menceritakan perihal mimpinya.

“Saya ingin tahu, adakah sesuatu yang telah Anda perbuat, sehingga Anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur?”
“Wah saya sendiri tidak tahu!”
“Coba ceritakan bagaimana kehidupan Anda selama ini.”
Maka Sa’id bin Muhafah bercerita.
“Setiap tahun, setiap musim haji, aku selalu mendengar:
Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika la syarika laka labbaika. Innal hamda wanni’mata laka wal mulka. laa syarika laka.
Ya Allah, aku datang karena panggilanMu. Tiada sekutu bagiMu. Segala ni’mat dan puji adalah kepunyaanMu dan kekuasaanMu. Tiada sekutu bagiMu.

Setiap kali aku mendengar itu, aku selalu menangis
Ya allah aku rindu Mekah. Ya Allah aku rindu melihat Kabah. Ijinkan aku datang…..Ijinkan aku datang ya Allah..

Oleh karena itu, sejak puluhan tahun yang lalu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya, sebagai tukang sol sepatu.
Sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Akhirnya pada tahun ini, saya punya 350 dirham, cukup untuk saya berhaji.”

“Saya sudah siap berhaji”
“Tapi anda batal berangkat haji”
“Benar”
“Apa yang terjadi?”
“Istri saya hamil, dan sering ngidam. Waktu saya hendak berangkat saat itu dia ngidam berat”
‘Suamiku, engkau mencium bau masakan yang nikmat ini?’
‘Ya, sayang’
‘Cobalah kau cari, siapa yang masak sehingga baunya nikmat begini. Mintalah sedikit untukku.’”

“Sayapun mencari sumber bau masakan itu. Ternyata berasal dari gubug yang hampir runtuh. Disitu ada seorang janda dan enam anaknya.
Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin masakan yang ia masak, meskipun sedikit. Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya.

Akhirnya dengan perlahan ia mengatakan :
‘Tidak boleh tuan.’
‘Dijual berapapun akan saya beli.’
‘Makanan itu tidak dijual, tuan.’ katanya sambil berlinang mata.

Akhirnya saya tanya kenapa?
Sambil menangis, janda itu berkata ‘daging ini halal untuk kami dan haram untuk tuan’, katanya.

Dalam hati saya: Bagaimana ada makanan yang halal untuk dia, tetapi haram untuk saya, padahal kita sama-sama muslim?

Karena itu saya mendesaknya lagi ‘Kenapa?’
‘Sudah beberapa hari ini kami tidak makan. Dirumah tidak ada makanan. Hari ini kami melihat keledai mati, lalu kami ambil sebagian dagingnya untuk dimasak.’

‘Bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakannya kami akan mati kelaparan. Namun bagi Tuan, daging ini haram.’

Mendengar ucapan tersebut spontan saya menangis, lalu saya pulang. Saya ceritakan kejadian itu pada istriku, diapun
menangis. Kami akhirnya memasak makanan dan mendatangi rumah janda itu.

‘Ini masakan untuk mu.’
Uang peruntukan Haji sebesar 350 dirham pun saya berikan pada mereka.
‘Pakailah uang ini untuk mu sekeluarga. Gunakan untuk usaha, agar engkau tidak kelaparan lagi.'”

Mendengar cerita tersebut Abdullah bin Mubarak tak kuasa menahan air mata. Beliau pun menangis seraya berkata, “Kalau begitu engkau memang patut mendapatkannya.”

CATATAN :
Dalam versi lain, Ulama itu adalah Hasan Al-Basyri ulama Mesir terkenal.
Namun ijma’ lebih mempercayai ulama ini bernama Abdullah bin Mubarak karena riwayatnya yang lebih jelas. Beliau lahir pada tahun 118 H/736 M.
Beliau adalah seorang ahli Hadits yang terkemuka, dan sangat ahli di dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan,
antara lain di dalam bidang gramatika dan kesastraan. Beliau adalah seorang saudagar kaya yang banyak memberi bantuan
kepada orang-orang miskin. Beliau meninggal dunia di kota Hit yang terletak di tepi sungai Euphrat pada tahun 181 H/797.
Dalam riwayat lain tukang sepatu ini bernama Ali bin Mowaffaq.

Wallahualam

Sumber:
Dari Kitab Irsyadul Ibad ila Sabiila Rasyad karangan Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz.
https://twitter.com/sayidmachmoed/status/1417715748152115203

Baca juga: Kisah Abu Hurairah, Pencuri dan Ayat Kursi

Adab Belajar Menurut Islam

Bila seorang muslim ingin mencari ilmu hendaknya ia mengerti bagaimana adab adab dalam mencari ilmu itu karena segala hal yang dilakukan harus mempunyai adab. Sebagaimana halnya saat kita hendak membaca Al Quran, kita diwajibkan berwudhu lebih dahulu. Dalam mencari atau menuntut ilmu juga sama, terdapat adab yang harus dipahami. Disinilah pentingnya memahami adab dalam menuntu ilmu.

Imam Malik pernah berpesan,
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu”

Abdullah bin Mubarak juga berkata,
“Dulu kami belajar adab selama 30 tahun, sedangkan mempelajari ilmu hanya selama 20 tahun.”

Perkataan di atas menunjukkan betapa pentingnya memiliki adab yang baik, terutama ketika menuntut ilmu. Dengan mengetahui adab akan lebih dimudahkan dalam memahami ilmu, selain itu ilmunya juga dapat membawa keberkahan.

Lalu bagaimana dan apa saja yang harus diperhatikan tentang adab-adab dalam menuntut ilmu itu? Kita akan bahas beberapa adab-adab dalam menuntut ilmu itu sendiri.

1. Diniatkan Karena Allah

Terkadang ada beberapa orang yang sedang menuntut ilmu itu tidak karena Allah. Seringnya meniatkan dirinya mencari ilmu agar kelak mendapat pekerjaan. Bahkan ada yang menuntut ilmu dengan maksud disebut sebagai ahli. Namun akan lebih utama apabila ketika akan menuntut ilmu yaitu diniatkan karena Allah dengan mengharapkan Ridho-Nya.

2. Takut Kepada Allah

Semakin seseorang mengenal Allah, sudah seharusnya ia semakin dekat kepada Allah. Hal ini akan semakin besar pula rasa takutnya kepada Allah. Di antara golongan yang takut kepada Allah adalah ulama (orang yang berilmu) sebagaimana yang tertuang dalam Surat Fatir ayat 28.

3. Selalu Berdoa Kepada Allah

Ilmu itu cahaya, dan cahaya tidak akan masuk ke dalam seseorang yang hatinya kotor. Disinilah kita harus selalu berdoa kepada Allah agar membukakan hati kita serta melapangkan dada kita ketika menuntut ilmu.

4. Menghormati Guru

Menghormati guru merupakan keharusan bagi umat muslim. Guru merupakan sumber ilmu yang dapat kita petik hikmahnya. Sebagai sumber ilmu, sudah sepantasnya seorang guru selalu kita hormati.

5. Menghormati Diri Sendiri

Dalam mencari ilmu memerlukan kesungguhan. Hormatilah diri sendiri dengan cara menghargai diri dan membuang rasa malas serta bosan agar target menggapai ilmu dapat tercapai.

Demikianlah sedikit adab dalam menuntut ilmu. Terima kasih sudah membaca.

Adab Membaca Al-Qur’an

Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan bagi umat muslim dimanapun berada. Setiap huruf yang dibaca memiliki pahala dan kebaikan. Istiqomah untuk membaca Al-Qur’an pada awalnya akan berat, namun apabila kita konsisten maka akan terasa lebih mudah. Pada hari kiamat, Al-Qur’an akan memberikan syafaat kepada para pembacanya. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Umamah Al-Bahili, ia berkata, Rasulullah bersabda;ِ “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan datang pada Hari Kiamat sebagai pemberi syafaat kepada para pembacanya.”

Agar seorang mendapatkan syafaat tersebut, maka hendaknya seorang pembaca Al-Qur’an memperhatikan adab-adab dalam membaca Al-Qur’an. Diantara adab membaca Al-Qur’an ialah:

1. Dianjurkan Membersihkan Mulut Dengan Siwak Sebelum Membaca Al-Qur’an
2. Disunnahkan Membaca Isti’adzah Ketika Mengawali Membaca Al-Qur’an
3. Dianjurkan Membaca Al-Qur’an Secara Tartil (Perlahan-lahan
4. Dianjurkan Untuk Membaguskan Suara Ketika Membaca Al-Qur’an
5. Disunnahkan Melakukan Sujud Tilawah Ketika Melewati Ayat Sajdah
Di dalam Al-Qur’an terdapat lima belasayat sajdah dan seorang yang membaca Al-Qur’an ketika membaca ayat-ayat tersebut disunnahkan untuk melakukan sujud tilawah.
6. Membaca Al-Qur’an Sesuai dengan Urutan dalam Mushaf
Karena hal inilah yang dilakukan oleh Nabi
7. Dianjurkan Untuk Tidak Memotong Bacaan Al-Qur’an
8. Tidak Boleh Mengatakan “Aku lupa”
Karena dengan mengatakan, “Aku lupa” terkesan melalaikan ayat Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan kitab suci bagi pemeluk agama Islam. Sudah selayaknya bagi seorang mukmin untuk selalu membacanya, meresapi maknanya, dan mengamalkan isi ajarannya.

Adab di Masjid

Masjid merupakan tempat ibadah bagi umat muslim. Masjid juga merupakan tempat yang paling dicintai oleh Allah. Sebab masjid merupakan tempat yang mulia, maka ada beberapa adab yang sebaiknya diperhatikan ketika di masjid, diantara adalah:

1. Berdoa Ketika Berjalan Menuju Ke Masjid

2. Mendahulukan Kaki Kanan Ketika Masuk Masjid dan Mendahulukan Kaki Kiri Ketika Keluar
Seorang yang masuk masjid dianjurkan untuk mendahulukan kaki kanan. Karena inilah yang dilakukan olehRasulullah, dan karena masjid adalah tempat yang paling mulia. Adapun ketika keluar dari masjid dianjurkan untuk mendahulukan kaki kiri.

3. Berdoa Ketika MasukMasjid
Disunnahkan ketika masuk masjid untuk membaca doa.

4. Melakukan Shalat Tahiyyatul Masjid
Apabila seseorang yang memasuki masjid disunnahkan untuk melakukan Shalat Tahiyyatul Masjid sebelum duduk.

5. Diperbolehkan Makan, Minum, dan Tidur di Masjid
Diperbolehkan bagi seorang untuk makan, minum, dan tidur di masjid, dengan tetap menjaga kebersihan masjid

6. Dimakruhkan Menjalinkan Jari-je mari

”Jika salah seorang diantara kalian berwudhu‟ dirumahnya, kemudian pergi ke masjid, maka senantiasa ia mendapatkan pahala shalat hingga ia pulang. Maka janganlah ia melakukan seperti ini.”Beliau menjalinkan jari-jemarinya.”

7. Dilarang Melakukan Transaksi Jual Beli di Masjid
Dilarang melakukan transaksi jualbeli di dalam masjid, karena masjid bukan dibangun untuk itu. Tetapi masjid dibangun untuk berdzikir kepada Allah, mendirikan shalat, belajar-mengajar ilmu agama dan sebagainya.

8. Dilarang Mengumumkan Kehilangan Di Masjid
Masjid bukanlah tempat untuk mengumumkan barang yang hilang.

9. Dilarang Keluar dari Masjid Setelah Dikumandakan Adzan
Apabila seorang berada didalam masjid, maka setelah dikumandangkan adzan ia dilarang untuk keluar dari masjid, kecuali dalam keadaan darurat, seperti; sakit, memperbarui wudhu karena batal, dan yang semisalnya.

10. Berdoa Ketika Keluar dari Masjid
Disunnahkan ketika keluar dari masjid untuk membaca doa.

Demikian tadi adab-adab di masjid. Semoga dapat menambah wawasan. Terima kasih sudah membaca.