Tadi pagi saya menelepon temen, yg dulu Kami (Saya dan Pak Juang Sunanto Ph.D almarhum, Pakar Pendidikan Luar Biasa, guru saya) memberikan pelatihan dan pendampingan selama 2 tahun, 30 sekolah dari 5 kecamatan, di sebuah kabupaten, hutan jati, Jawa Tengah, namanya Slamet Irianto. Dia mengatakan bahwa dia dan temen-temennya tetep berjuang untuk anak2. Senang mendengarnya.
Lalu, dia menceriterakan suatu upaya, pengalamanya. Beberapa tahun lalu, sebelum Pandemi Covid-19, ia berkunjung ke sebuah sekolah. Pada jam istirahat, ada anak hanya diam saja di kelas. Setelah, ia bertanya kepada gurunya, ternyata anak itu memiliki masalah dalam gerak, mobilitasnya terhambat, dia memiliki kesulitan untuk berpindah tempat. Dia selalu digendong ibunya saat berangkat dan pulang sekolah.
Lalu, beberapa hari kemudian, Pak Ir, begitu panggilan bekenya, berinisiatif menelepon teman yg memiliki sebuah hotel di daerahnya. Dia memohon agar pemilik hotel itu bersedia membelikan sebuah, sekali lagi sebuah KURSI RODA. Tetapi alangkah kagetnya Pak ir, pemilik hotel itu malah mengatakan: “Jangan hanya satu Pak Ir! 2, 5, 20 atau berapa, banyak tidak apa-apa. Mbok didata dulu.”. Pak Ir spontan mengiyakan…”Ok!”.
Pak Ir akhirnya mendata melalui guru-gurunya di 5 kecamatan: Wirosari, Tawangharjo, Kradenan, Pulokulon dan Karangrayung. Terdapat 15 anak berkebutuhan khusus. Data ini lalu diserahkan ke pemilik Hotel “Danau Resto”, Dr Agus Siswanto. Pak Agus memerintahkan anak buahnya untuk mengecek kebenaran data tersebut.
Akhirnya,
Anak-anak itu dan orang tuanya diundang ke hotel dan diberikan satu kursi roda serta uang saku untuk sekolah dan sedikit memnuhi kebutuhan sehari-harinya. Barakallah.
Saya senang dan bangga.
Pak Ir telah berkarya nyata dengan memegang teguh keyakinan tentang harapan yang mungkin simpel, tapi sangat dibutuhkan. Harapan atas buah manis dari pendidikan inklusif.
Selamat berkarya Pak Ir dan kawan-kawan lainya.
Salam Hidup Bermanfaat!
Joko Yuwono